Istilah transgender mungkin sudah tidak asing lagi dan sudah sering didengar. Transgender diartikan sebagai kondisi dimana seseorang mengaku dan menggunakan identitas yang berbeda dengan jenis kelaminnya. Seringkali kondisi tersebut diumpamakan seperti seorang wanita yang terjebak di dalam tubuh pria atau pun sebaliknya. Bagi yang mengalaminya, kondisi tersebut sangatlah tidak nyaman, karena kondisi fisiknya sangat bertentangan dengan keinginan atau nalurinya.
Tak jarang karena kondisi tersebut seorang transgender memilih untuk mengubah alat kelaminnya melalui prosedur operasi atau yang dikenal dengan operasi rekonstruksi genital atau kelamin dan operasi menghilangkan jakun. Sebelum melakukan operasi kemaluan, seorang transgender harus melalui beberapa tahap sebagai berikut:
- Pemeriksaan Mental
Pertama-tama harus dilakukan evaluasi kesehatan mental yang dilakukan oleh ahli kejiwaan, baik psikolog atau psikiater. Pada pemeriksaan ini kemungkinan akan ditemukan adanya gangguan identitas gender, yang membuat seorang transgender menderita dan merasa tertekan akibat jenis kelamin yang dirasanya tidak sesuai.
Pada tahap ini dokter juga akan memberikan pemahaman mengenai resiko dan efek samping operasi kelamin, serta menanyakan kesediaan dan kebulatan tekad untuk mengambil keputusan menjalani operasi kelamin. Seorang transgender harus benar-benar memikirkan dengan sangat matang dan mempertimbangkan segala hal, karena operasi ini akan sangat beresiko dan akan sulit diubah kembali. Jika anda ingin melakukan hoperasi-kutil-kelamin dan operasi-plastik-kelamin harus melewati proses ini.
- Terapi Hormon
Sebelum menjalani operasi kelamin, transgender harus menjalani terapi hormon sesuai dengan jenis kelamin yang diinginkan. Terapi ini akan membantu mengawali perubahan menuju jenis kelamin yang diinginkan. Hormon akan memunculkan karakter seks sekunder seperti suara, massa otot, dan ukuran payudara. Umumnya terapi hormon ini dilakukan selama satu tahun atau lebih. Jika dengan terapi hormon ini masih dirasa belum cukup, maka tindakan pembedahan akan dipertimbangkan dan terapi hormon dapat dilanjutkan setelah operasi.
- Pembedahan
Pada operasi kelamin dari laki-laki ke perempuan, alat kelamin pria akan diubah menjadi bentuk vagina. Penis akan diangkat dan dilakukan pemotongan saluran kencing sehingga menjadi lebih pendek dan testis akan dihilangkan. Kemudian dilakukan proses rekayasa pembentukan vagina. Sementara itu, pada operasi kelamin dari perempuan ke laki-laki, dokter bedah akan mengangkat payudara, rahim, dan ovarium, serta memanjangkan saluran kencing sehingga dapat kencing dalam posisi berdiri. Serta menyiapkan biaya operasi kelamin di surabaya.
Efek Operasi Kelamin
Operasi kelamin merupakan operasi yang sangat rumit dan tidak sesederhana yang dibayangkan. Tak hanya itu, operasi kelamin juga sangat beresiko. Prosedur dan rekayasa kelamin yang sangat rumit menjadikan komplikasi pasca operasi menjadi lebih tinggi. Beberapa efek yang dapat terjadi setelah operasi jenis kelamin, di antaranya yaitu sebagai berikut.
- Perdarahan
Terdapat pembuluh darah vena dan arteri besar yang terletak di sekitar daerah genital. Manipulasi pada area genital sangat beresiko untuk mengalami perdarahan. Dalam sebuah penelitian perdarahan merupakan masalah yang paling banyak terjadi dalam periode pasca operasi sebelum pasien dipulangkan. Perdarahan yang terjadi memerlukan penggantian balutan yang sangat sering dan transfusi darah. Bahkan 16% nya mengalami hematoma dan 10% dari total tersebut membutuhkan pembedahan kembali untuk mengeluarkan hematoma tersebut.
2. Infeksi
Infeksi juga merupakan salah satu Efek Operasi Kelamin yang dapat terjadi. Early infection yang terjadi ketika masih dalam perawatan di rumah sakit banyak terjadi. Infeksi vagina baru yang ditandai dengan demam tinggi terjadi pada 7% pasien operasi kelamin dari pria ke wanita, 6% mengalami infeksi saluran kencing, 1% mengalami abses pada labia mayora baru, 2,6% mengalami abses pada vagina baru, 1% mengalami infeksi pada hematoma, dan 0,5% mengalami shock.
3. Komplikasi saat Penyembuhan Luka
Komplikasi pada proses penyembuhan luka bekas operasi juga dapat terjadi. Pada beberapa kasus ditemui kematian jaringan sebagian pada vagina baru, labia mayora yang gagal menyatu, dan kematian jaringan pada klitoris baru.
4. Kesulitan Berkemih
Pada beberapa kasus, komplikasi seperti tidak bisa berkemih juga dapat ditemui. Biasanya kondisi tidak bisa berkemih ini terjadi beberapa minggu setelah operasi. Bekas jahitan yang mulai sembuh mengakibatkan pertumbuhan jaringan kulit baru, termasuk pada area saluran kencing, dimana pertumbuhan jaringan baru ini dapat menghalangi atau memblok saluran kencing, sehingga menyebabkan urin tidak bisa mengalir. Ketidakmampuan berkemih ini juga disertai dengan nyeri yang berat dan ketidaknyamanan. Jika tidak segera diatasi, penumpukan urin di dalam tubuh juga dapat menjadi resiko terjadinya infeksi saluran kemih.
5. Rectovaginal Fistula
Rectovaginal fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun dapat saja terjadi sebagai Efek Operasi Kelamin. Rectovaginal fistula biasanya terjadi setelah pasien dipulangkan. Rectovaginal fistula adalah kondisi dimana terdapat saluran atau bukaan yang menghubungkan bagian bawah usus besar atau rektum dengan vagina. Kondisi ini memungkinkan gas atau feses untuk memasuki vagina. Kondisi ini juga sangat beresiko karena dapat menyebabkan infeksi akibat feses yang masuk ke vagina. Biasanya kondisi rectovaginal fistula memerlukan tindakan kolostomi, dimana dibuat lubang di bagian perut untuk mengeluarkan feses.
6. Dyspareunia
Dyspareunia merupakan nyeri yang terjadi saat melakukan sexual intercourse atau berhubungan seks. Dyspareunia terjadi pada 8% pasien yang menjalani operasi kelamin pria ke wanita, dan hampir 58% yang menjalani operasi kelamin dari pria ke wanita memerlukan lubrikasi atau penggunaan pelumas saat melakukan hubungan seks.
7. Efek Samping Terapi Hormon
Terapi hormon merupakan salah satu tahapan dari proses operasi kelamin. Penggunaan terapi hormon juga tidak lepas dari efek samping, di antaranya yaitu menyebabkan munculnya jerawat, rambut rontok, peningkatan berat badan, batu empedu, hingga penggumpalan darah atau blot clot. Dalam jangka panjang, terapi hormon juga dapat mengurangi kesuburan, hingga dapat menyebabkan kemandulan.
8. Mempengaruhi Kondisi Psikologis
Operasi kelamin masih sangat tabu dan masih sulit diterima di Indonesia. Stigma dan pengaruh sosial, serta perasaan berdosa dan rendah diri sangat rentan dialami oleh orang yang melakukan operasi kelamin. Kondisi tertekan ini dapat memicu keinginan untuk bunuh diri. Diperkirakan 41% transgender akan melakukan percobaan bunuh diri setidaknya satu kali seumur hidupnya, dan transgender yang melakukan operasi kelamin 20 kali lebih beresiko untuk mati karena bunuh diri dibanding dengan populasi pada umumnya.
Beberapa efek operasi kelamin tersebut, nampaknya harus menjadi bahan pertimbangan ketika memutuskan untuk menjalani operasi kelamin. Selain karena biaya operasi kelamin di Indonesia yang mahal, operasi kelamin bukanlah operasi yang mudah, sehingga diperlukan kebulatan tekad dan kesiapan yang mantap.